POEM_SUDUT STASIUN KARET

160516
Kombinasi angka yang selalu disebutkan sebelum datangnya
lalu aku melupakan dan menjadi tampak bodoh dengan kegilaan hari ini
maka aku memeluk erat tubuh yang selalu menjadi sandaran ku
bersandar dalam suka ataupun duka sejak aku tidak mengenal angka
mencium mu dan berjanji untuk segera kembali dari peluh yang menunggu

Lalu bumi rata dengan tangis sang langit
bernaung aku pada setiap stasiun pemberhentian
dan menyerah lelah badan ini pada sudut Stasiun Karet
membiarkan hujan meraung dengan puasnya


Sepanjang mata menikmati kegundahan, kemarahan, dan dingin sang hujan
merasakan galau, sedih yang berkecamuk mencambuk bumi
aku terseret pada ketidaktahuan ku pada skenario hidup

Merayap dan mencari untuk pengampunan dan mendapati indahnya gejolak yang disuratkan
setelah bertahun mengiba mendapatkan jawaban yang seperti roket yang meluncur cepat
berjaya dalam letupan kata kata yang indah
bahkan diri tidak pernah sedikit pun merasa karena yang tertinggal hanya lah ditinggalkan

Maka ketika semua kembali pada takdir, kembali diri merasa begitu cepat hati terbolak balik
kata hanya coretan berkarat dan yang tertinggal hanyalah ditinggalkan

Aku bukan gunung yang perkasa tapi tak pernah lari dari gempuran
Menghadapi dengan kejujuran dan tidak pernah bersembunyi dari kenyataan
begitu mata menangkap kuatnya waktu telah merubah sejatinya angan
begitu mata menangkap kuatnya waktu telah menciutkan sejatinya angan

Disitu pada lembar pertama yang dijalani aku memahami,
coretan bukanlah hati, walau aku adalah hatiku
coretan bukanlah nyata, walau aku adalah nyataku
dan untuk diingat berlari atas nama yang dipertuan agung yang berdiri dibelakang bukit disebrang pulau
meninggalkan coretan yang telah berbekas, bersembunyi pada malaikat berjuba, bersembunyi tak bernyali
seakan tidak ada bekas coretan...tidak ada bekas coretan ...yang tertinggal hanyalah ditinggalkan

Disitu pada lembar kedua yang dijalani aku memahami,
tidak ada satupun diri dapat berubah dalam sekejap, hanya waktu dan waktu yang mampu

melebur aku dalam selimut dingin buah sang hujan, menghela nafas dan memantabkan diri kemudian mereda dan menyadarkan gerak

Bergegas aku mencari peluh dan kembali ke sarang
untuk mensyukuri bahwa aku tidak pernah lari walau aku pelari handal
Aku adalah Aku
Dengan segala yang ada di aku adalah indah tidak ingin bernoda walau terpeleset dan terjatuh
aku akan bangkit, meluruskan dan tetap menjadi INDAH ku...terlalu naif aku menjalani
berharap tak merasakan tapi tetap merasakan dan menyimpan

Dan berakhir aku pada kumpulan yang kusebut keluarga
Selamat Ulang tahun Ibu
Hari ini aku begitu berputar di sudut Stasiun Karet




#dietraanandani
#purplehearteo
#stasiunkaret





Komentar

Postingan populer dari blog ini

HINATA HYUGA

HAPPY MARCH PISCES_A GROUP WITH A BIG SMILE

SABUN SUSU KAMBING [GOAT MILK SOAP]