MASA KECIL [2]_BERTEMAN DENGAN DIARY

Siapa yang tidak punya Diary?
Kalau pertanyaan ini keluar di Era 1900, sudah barang tentu yang menjawab tidak punya sedikit sekali. Diary merupakan catatan harian kegiatan seseorang, kalau untuk pria jaman dulu termasuk pemasukkan dan pengeluaran yang dilakukan, dan untuk para perempuan selain hal tersebut juga merupakan curahan hatinya.
Bersifat pribadi dan disimpan rapat-rapat,kadang-kadang pakai gembok segala.
Bagi produsen stasionari merupakan project khusus untuk membuat tampilan cover maupun isinya semenarik mungkin demi persaingan penjualan buku Diary.

Bagaimana dengan jaman sekarang, masih ada lah namanya buku Diary tapi sifatnya saya banyak temukan tidak terlalu rahasia alias kadang dipinjemin ke teman untuk sekedar teman tahu isi hatinya terhadap sesuatu hal termasuk cem-ceman. Memang kalau jaman sekarang tingkat "eksibisionisme" meningkat tajam, eh bukan hal yang porno-porno loch ya...maksutnya lebih ke tulisan yaaa... apa yang saya lakukan sekarang juga merupakan unsur tersebut, tapi kalau saya [biasalah...saya harus cari alasan yg baik kan ya...biar gimana gitu] menulis memang bagian dari Impian saya, dan tentu niatnya berbagi pemikiran. Untuk hal yang bersifat pribadi saya memilih tidak menulis di Blog [sekarang ini masih berpikir begitu] dan tidak juga di diari, saya memilih alam sadar saya saja yang menyimpan kisah-kisah pribadi saya...hayaaaa....

Kembali ke masa kanan-kanak saya, setelah saya merasa kecewa dengan Bulan, dimana ternyata ketika saya perlu mencari dan menatap nya di siang hari dan tidak mungkin terjadi maka disitu saya sediiiiih sekali ....bolak balik badan di tempat tidur.

kemudian saya memperhatikan kakak saya, Mareta Nilamsari rajin sekali duduk manis dimeja belajarnya, tangannya melaju bergerak dan sesaat membuka lembar dan beralih ke lembar lainnya. Ternyata kakak saya sedang mencurahkan hatinya dalam buku ber cover tebal yang disebut DIARY. 
Saking penasaran keasikan si kakak, saya pernah mencuri baca Diary nya dan tertangkap basah dan langsung dihardik dengan tajam, setajam silet. Dulu dan sampai sekarang dia kalau bicara tajam, berasaaaa banget. Kapok lah kepo an tahu apa yang ditulis orang lain saya mah.
Lalu ternyata teman saya, Syarah Yunita dan beberapa teman saya lainnya juga mempunyai Diari. Saya yang hanya punya Biodata Diri standard jaman dulu jadi merasa paling udik.

Saya mulai meminta buku Diary ke Ibu dan mendapatkan satu di masa Sekolah Dasar saya. Menulis tidak lah gampang pada saat itu, menghadapi kertas kosong, memori yang berputar memaksa otak untuk bekerja keras menuangkannya. Namun setelah empat lembar dan menuju lembar berikutnya, tangan, pikiran dan otak menjadi KEPOMPONG, sahabatan gitu deh. Saya lebih rajin daripada kakak saya dalam menulis. Bahkan ketika kakak saya meninggalkan menulis Diari saya malah makin mengharu biru dengan curahan hati saya. Terakhir saya menulis Diari adalah di tahun 2006-an. Saya pada saat itu sudah tidak mempunyai buku khusus, buku biasa saya jadikan buku Diari juga pernah. Dari niat hanya mencatat jadwal harian ternyata sudah berubah menjadi Diari.

Pada masa kanak-kanak, menulis Diari itu melepaskan apa yang sedang saya rasakan. Kalau senang jadi tidak terlalu berlebih demikian juga sedih, marah dan sebagainya. Diari mengisi hari sepi saya sebagai anak yang kedua orang tuanya bekerja, kakak yang serius belajar, pembantu yang berganti-ganti dan adik yang menurut saya dulu cengeng.
Selesai menulis Diari biasanya saya tetap merasakan hal yang saya tulis tetapi saya lebih menghargai apa yang terjadi ...seperti yang saya tulis di atas kalau marah jadi tidak terlalu marah, sakit jadi lebih baikan sedikit... dan yang paling penting RAHASIA. Iya Rahasia, saya dari dulu sampai sekarang tidak terlalu suka menyampaikan apa yang saya rasakan, soalnya kalau saya memulai saya menjadi pribadi yang sangat gugup dan aneh, tapi untuk pembicaraan lain LANCAR JAYA, tapi sebagai makhluk sosial tentu kita berharap ada yang "ceritaknya" mengerti kita dan berbicara dengan kita, jadi kalau saya pernah berteman dengan Bulan maka akhirnya saya berpindah ke DIARI.

Yang terbaik dari pengalaman tersebut, saya jadi menyukai pelajaran Bahasa Indonesia dan paling bisa kalau diminta menulis formal, pokok walau terkesan anak-anak dengan mental lemah, karena beraninya hanya menulis tapi menulis memacu saya menuangkan sisi lain dari apa yang sedang terjadi. Dan saya tahu setiap tahapan mental saya begitu saya membaca ulang dan berusaha terus untuk merubah dan menjadikannya lebih baik

COGITO ERGO SUM babe
Jadi untuk yang masih menyimpan diari, ambil nilai kekuatan didalamnya ya, yaitu kamu tidak merasa sendiri dan mari mempelajari diri kita dari setiap tahapan penulisan apa yang terjadi dalam hidup kita


Salam menulis
#pajakwaktu
#dietraanandani
#melawanlupa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HINATA HYUGA

SABUN SUSU KAMBING [GOAT MILK SOAP]

MORNING HAS BROKEN