DUA KEPRIBADIAN : Penghambaan pada Sang Khalik.

Jalanan hari itu tampak semerawut dalam pandangan matanya, seperti benang-benang kusut yang tidak menemukan jalan untuk kembali diluruskan. Banyak kali mata menangkap suasana hati dalam kehidupan keseharian. Dan dirinya dengan tenang mengambil nafas dalam dan berjalan tegap. Bahkan tidak tampak sedikit pun goyah dihatinya, langkah nya tegas dan pandangannya lurus.
Bagi mata yang hanya melihat kerangka luar kehidupan maka luka yang dipendamnya tak akan pernah terlihat.

Dia tiba di kedai minuman itu pada akhirnya dan mendapati pembicaraan yang sedang seru antara dua temannya, kemudian menjadi serius manakala dia harus menjelaskan kesalahan yang dilakukan, ada getaran tertahan untuk menjelaskan satu demi satu hal peristiwa yang bahkan tidak dapat dia jelaskan dengan sempurna. Tidak ada yang tahu manakala peristiwa itu bergulir dan membelenggu hati karena bahkan tidak direncanakan sama sekali, mengalir dan mengalir sesuai dengan kata hati.
Baginya seperti ada sandaran untuk lelahnya, kehangatan untuk raganya dan keceriaan untuk harinya.
Tidak ada keinginan untuk menjadikan hidangan gado-gado, namun akhirnya dengan kejernihan mata batin hal itu benar telah menjadi gado-gado hidup.

Lalu datanglah lagi temannya, membicarakan hal serius dan salah satunya memandang tajam padanya, menyatakan dia memiliki dua kepribadian lalu torehan luka itu semakin tajam ketika temannya satu lagi ikut menimpali dengan gaya guyon, "iya, gak boleh itu."
Pada teman satu lagi itu, ia ingin sekedar bersandar, seperti merasa teman satu laginya itu mengerti apa yang terjadi, mengenal bagaimana bertumbuhnya hati, namun kata sederhana itu membuat dia pilu, ternyata temannya satu lagi itu tak mengerti hatinya.

Tahukan bahwa di kedai itu juga ada seorang perempuan yang jauh datang menahan marahnya dan bertutur dengan santun tentang bara hatinya yang seharusnya menjadi luapan api???
Informasi apa yang merasuk diingatannya? dan gejolak apa yang sedang dia rasakan adakah yang tahu?
Kebenaran dan kebohongan bisa saja memasuki ruang batinnya.
Tetapi sekali lagi dia berbicara santun, apakah itu dua kepribadian?

Saya mencermati kisah diatas dengan pemikiran mendalam.
Pernyataan DUA KEPRIBADIAN perlu hati-hati diucapkan, bagi saya, dua kepribadian itu adalah seperti ujung kutub selatan dan utara, seperti dua sisi keping mata uang. Satu merepresentasikan A dan lainnya merepresentasikan B. Tapi jika dia adalah seorang yang tetap, tidak berubah dalam mempresentasikan dirinya, maka bisa jadi apa yang ditampakan adalah sisi lemah perjuangnnya untuk menjadi sosok yang kokoh. Banyak kali orang yang kokoh menyimpan ribuan rasa dalam dirinya, mengendapkan dan memperjuangkan penampilannya tetap tidak berubah atau melemah. Orang-orang tipe tersebut adalah orang-orang yang berjuang untuk tidak membebani sekelilingnya. Orang-orang yang mampu menahan gejolak emosinya. Tapi pada suatu kondisi yang dia merasa nyaman dia bisa saja menunjukkan kelemahannya untuk sekedar melepas lelahnya. Lalu apakah itu dua keperibadian?

Saya membaca pada ajaran agama yang saya Imani, begitulah kehidupan kita jalani dalam proses belajar menjadi insan yang lebih baik. Hindari perdebatan, tahanlah marahmu dan bersabarlah, yang kesemuanya saya percayai menghantarkan kita pada suatu keyakinan bahwa proses tersebut mendekatkan kita sebagai umat kepada TUHAN nya, menunjukkan kepercayaan kita bahwa pada akhirnya Tuhan juga yang berkuasa atas pembenaran yang diterima oleh insan yang sedang bergumul pada satu isu.
Itu makanya Manusia disebut sebagai Makhluk Sosial [bukan soksial ya bacanya ;)]. Mengadu pada Tuhan dilakoni, namun masih sulit untuk tidak bersandar pada manusia, apalagi pada manusia yang dirasa mampu untuk memahami proses diamnya. Diamnya yang menyimpan kecamuk dan dileburkan dalam sabar. Ini yang paling sulit, ada selah sedikit bisa langsung byar byar byar ceritanya... mungkin tidak cerita detil karena itu hal yang ghibah namun menjadi lemah bisa saja menjadi peristiwa yang terbanyak terjadi.


Dia menunduk tak berdaya, apa yang diupayakan tercoreng oleh ketidakmampuannya bersabar tapi Dia bukan bermuka dua, atau memiliki dua kepribadian. Bukankah untuk menjadi baik dia harus mengutamakan hati yang tetap pada tenang?
Situasi yang Dia tidak sadari adalah akan menjadi duri dalam perjalanan hidupnya. Pikirannya sangat sederhana bahwa Tuhan sedang memberikan kebahagian padanya, tapi sekali lagi dia lupa Tuhan juga memberikan ujian dalam kebahagian. Dan Tuhan tidak menyukai umat nya melampaui batas. Dia menerawang seandainya dia mampu mengendalikan situasi maka dia dapat terus diberi semangat oleh kebahagiannya.
Lalu kembali dihapusnya pikiran itu. Temannya yang satu lagi bisa jadi tidak tulus perhatian padanya, temannya satu lagi juga bisa jadi hanya memberikan tangan palsunya.
Dia menggambar wajah perempuan di kedai itu, bersandingan shalat pada satu surau gemerlap. Segenap hatinya tersentuh, apalah arti hatinya kini dibanding senyum wanita itu. Apa yang dibawanya bertahun lamanya sudah dicukupkan dalam kesempatan yang diberikan. Bukankah hal itu yang menjadi doanya bertahun? Dan bukan kah sudah terijabah dengan indah. Iya melihat bertumbuhnya teman satu laginya.

Aku memandang kasihan Dia, segenap hatinya seperti dalam dunia alam bawah sadarnya, tidak mampu mengikis apa yang tersimpan. Aku melihat dia terhibur dengan kenangannya dan tegar dengan memori yang dibangunnya, akan sebuah tangan yang selalu menolongnya dulu. Walau dulu bahkan tidak perlu Dia dibantu melompat, memanjat, dan mendaki. Tapi tangan itu selalu terulur dan menguatkannya kini. Tangan kecil dengan mata jenaka.
Aku memandang kasihan Dia, Dia berjuang untuk menjalani hidupnya dengan benar tapi untuk menjalaninya dia menelan dan menekan hatinya.
Banyak kali orang sekeliling hanya memandang pada satu kesempatan tanpa melihat proses. Aku merasakan proses yang sedang dia perjuangkan.

Dan kembali dia menjalani dengan menghindari perdebatan dan bersabar.

Aku hanya berpikir apakah itu akan dia jalani sepanjang hidupnya?

Lalu dia menatap ku dan menyampaikan dengan ketidapkastian,
"apa yang didepan selalu menjadi misteri tetapi berusaha terus pada jalan ketenangan dan berharap suatu saat Tuhan akan memberikan buah dari semua proses ini, jika memang ini yang harus dijalani."

Hmmmm ....baiklah mari kita memupuk sabar dalam ikhtiar kita. Memang kita tidak pernah tahu buah apa yang kan dirasakan tetapi paling tidak aku tahu, dia dan mungkin aku akan berakhir pada penghambaan pada sang khalik.


Salam Kehidupan Penjelajah Dunia Maya







Komentar

Postingan populer dari blog ini

HINATA HYUGA

SABUN SUSU KAMBING [GOAT MILK SOAP]

MORNING HAS BROKEN